Senin, 26 Maret 2012

PENGARUH PERAN DAN FUNGSI BANK SENTRAL PADA BANK TABUNGAN NEGARA di BANGKALAN


PENGARUH PERAN DAN FUNGSI BANK SENTRAL
PADA BANK TABUNGAN NEGARA di BANGKALAN






Oleh :
1.      Wahyu Rahmawati
2.      Safira Nur Muchlisina
3.      Aditia Rizka Rahadi










DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
SMA/SMK/MA Se-JAWA 2012
SMA NEGERI 1 BANGKALAN
2012

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PERAN DAN FUNGSI BANK SENTRAL
PADA BANK TABUNGAN NEGARA di BANGKALAN








Diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
SMA/SMK/MA Se- Jawa 2012
Oleh :
1.      Wahyu Rahmawati
2.      Safira Nur Muchlisina
3.      Aditia Rizka Rahadi











SMA NEGERI 1 BANGKALAN
2012
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis ini dengan judul “ Pengaruh Peran dan Fungsi Bank Sentral pada Bank Tabungan Negara di Bangkalan “ dengan baik dan lancar.
            Penulisan Karya Tulis ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, Karya Tulis ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik berupa materi maupun non-materi.
            Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis memohon saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga berguna bagi pembuatan Karya Tulis selanjutnya.
            Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain yang memanfaatkan.



Bangkalan,   25 Januari 2012


 Penulis










ABSTRAK
Sebagai suatu lembaga keuangan negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya, status dan kedudukan Bank Sentral agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara lebih efektif dan efisien sangat diperlukan. Sehingga Bank Indonesia mampu menjalankan fungsinya sebagai otoritas moneter, pemelihara stabilitas ekonomi nasional serta memperlancar pembangunan nasional dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan penting Bank Sentral dan perbankan dalam menentukan arah kebijakan moneter , faktor yang menjadi hambatan dalam melaksanakan peran dan fungsi Bank Indonesia dan cara mencegah hambatan yang mengancam kinerja Bank Indonesia agar  Bank Indonesia mampu menjalankan kinerjanya secara lebih efektif dan efisien.
Desain penelitian ini adalah pengumpulan data dengan wawancara dan studi deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik simple purposive sample (system sampel bertujuan) dengan besar sampel 3 respo. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Hasil dari penelitian adalah didapatkan bahwa sebagian besar lembaga keuangan mengalami permasalahan dalam pemberian kredit.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan perbankan yang sehat dan kuat dapat terwujud apabila perbankan dapat menjalankan fungsi intermediasinya serta adanya keterikatan yang erat antara antara otoritas moneter dan lembaga keuangan atau perbankan secara lebih efektif dan efisien sangat diperlukan. Selain itu, Bank Indonesia dalam strategi operasi kebijakan moneter harus memberikan ruang yang lebih luas bagi pelaku ekonomi khususnya bankir yang masih minim pengalaman agar dapat mengembangkan potensi yang dimikilinya sehingga mampu menjadi bankir yang tangguh dan profesional.











DAFTAR ISI
Judul …………………………………………………………………………………………. ii
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………. iii
Abstrak ……………………………………………………………………………………… iv
Daftar isi ……………………………………………………………………………………... v
BAB 1    PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………… 1
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………….. 2
BAB 2    TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Perbankan ……………………………………………………... 3
2.2 Konsep Dasar Kebijakan Moneter ………….…………………………………3
2.3 Pentingnya Keefektifitasan Kebijakan Moneter dan Hambatan yang
mengancam …………………………………………………………………… 3
2.4 Profil Bank Tabungan Negara (BTN) ……………………………………....... 4
BAB 3    METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ………………………………………..  5
3.2 Populasi Penelitian …………………………………………………………… 5
3.3 Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan dan Cara Pengambilan Sampel ……. 5
3.4 Lokasi dan Waktu penelitian …………………………………………………  6
3.5 Kerangka Operasional Penelitian ……………………………………………. 6
3.6 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data   …………………………7
3.7 Pengolahan Data ..…………………………………………………………….7
BAB 4    PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan yang dihadapi perbankan ………………………………………8
4.2 Peran Bank Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan …………………..9
BAB 5    PENUTUP
               5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………10
5.2 Saran …………………………………………………………………………..10
Daftar Pustaka          …………………………………………………………………………
Lampiran
























BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tahun 1997/1998 merupakan tahun terberat dalam tiga dekade pelaksanaan pembangunan Indonesia. Gambaran yang memprihatinkan ini sehubungan dengan perkembangan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berimplikasi pada tingginya inflasi yang terus-menerus terjadi dan telah mengganggu keseimbangan moneter. Padahal tiga fungsi utama dari APBN salah satunya adalah fungsi stabilisasi. Yakni anggaran menjadi sarana untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan dan stabilitas perekonomian. Baik pengalokasian maupun pendistribusian anggaran harus mampu menciptakan dan menjaga arus uang dan barang (Muh. Nurdin,2007). Sejak itu, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis berkepanjangan di berbagai bidang.
Oleh karena itu, sebagai suatu lembaga keuangan negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya, status dan kedudukan Bank Sentral agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara lebih efektif dan efisien sangat diperlukan. Namun pada dasarnya membangun ekonomi Indonesia tidak terlepas dari peranan pemerintah, pelaku-pelaku usaha serta lembaga-lembaga keuangan lainnya.
Keterkaitan inilah yang akan membantu pemerintah sebagai agen pembangunan untuk mendorong Sehingga Bank Indonesia mampu menjalankan fungsinya sebagai ototritas moneter, pemelihara stabilitas ekonomi nasional serta memperlancar pembangunan nasional secara lebih efektif dan efisien kelancaran produksi pada dunia usaha.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Hambatan apa yang ditemukan untuk terus menjalankan peran dan fungsi BI secara lebih efektif dan efisien?
1.2.2   Bagaimana cara mencegah atau mengatasi hambatan yang mengancam kinerja BI?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui sebatas mana perkembangan dunia perbankan dan perekonomian nasional.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.2.1  Mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam melaksanakan peran dan fungsi BI.
1.3.2.2  Mengetahui cara mencegah hambatan yang mengancam kinerja BI.
1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Penulis
1.4.1.1  Menambah pengetahuan mengenai peranan penting perbankan dalam menentukan arah kebijakan moneter tahun 2012.
1.4.1.2  Dapat menjadi sarana untuk menganalisa suatu masalah perbankan
1.4.2        Bagi Pembaca
1.4.2.1  Memberikan informasi mengenai peran Bank Sentral dan perbankan dalam menentukan arah kebijakan moneter.



































BAB 2
TINJAUAN  PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Perbankan
            Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Undang-undang No. 23/ 1998 tentang bank sentral adalah Republik Indonesia yang merupakan lembaga independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang yang mengaturnya (Dahlan Siamat,2001).
2.2 Konsep Dasar Kebijakan Moneter.
            Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga serta pertumbuhan ekonomi (Anita Kristina, 2010). Bank Indonesia berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi. Bank Indonesia juga dapat melakukan upaya pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum serta pengaturan kredit atau pembiayaan (www.bi.go.id).
           
2.3 Pentingnya Keefektifitasan Kebijakan Moneter dan Hambatan yang Mengancam
            Bank dalam perekonomian memiliki tempat yang teramat penting sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Disamping itu bank merupakan aktor dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank Sentral dalam menjalankan kebijakan moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter, bank-bank umumlah yang menjadi mediator dalam mempengaruhi jumlah uang beredar. Yang merupakan sasaran kebijakan moneter. Kebijakan inilah yang mencerminkan betapa pentingnya keefektifitasan pengambilan kebijakan moneter agar terjadi keseimbangan intern dan ekstern. Keseimbangan intern diwujudkan dengan tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dipertahankannya laju inflasi yang rendah. Sementara itu keseimbangan ekstern ditunjukan agar neraca pembayaran (balance of payment) seimbang dalam arti bahwa neraca pembayaran internasional suatu negara tidak defisit.
            Namun semua tidak berjalan mulus. Ada saja hambatan untuk meningkatkan keefektifitasan dari kebijakan moneter yang membuat berbagai instrumen moneter terhambat. Situasi ini umumnya disebabkan karena adanya tujuan yang saling bertentangan, faktor kelambanan (Time Lag) serta pengaruh lembaga keuangan yang perilakunya tidak sepenuhnya berada dibawah pengawasan Bank Sentral. Adanya hambatan seperti inilah yang akan dapat mempengaruhi bahkan menyebabkan tidak efektifitasnya  suatu kebijakan ekonomi (Anita Kristina,2010).
2.4 Profil Bank Tabungan Negara (BTN)
Bank Tabungan Negara adalah salah satu lembaga keuangan perbankan milik  negara.
Visi Bank BTN

Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.
Misi Bank BTN
  • Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
  • Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
  • Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi.
  • Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value
  • Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.













BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1    Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Desain Penelitian ini adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam dan Pariani,2002).
Desain penelitian ini adalah untuk mempelajari dinamika antara faktor resiko dengan efek, dengan cara wawancara dan studi deskriptif.

3.2    Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo,2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BUMN di Kabupaten Bangkalan.

3.3    Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan dan Cara Pengambilan Sampel
3.3.1        Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pegawai BUMN di Kabupaten Bangkalan.
3.3.1.1  Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karateristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pegawai Bank Umum Milik Negara (BUMN) di Kabupaten Bangkalan yang bersedia di wawancara.

3.3.1.2  Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah hal-hal yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pegawai Bank Umum Milik Negara (BUMN) di Kabupaten Bangkalan yang  tidak bersedia di wawancara.

3.3.2        Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam,2003). Adapun besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 3 responden.




3.3.3        Cara Penentuan dan pengambilan sampel
Teknik Pengambilan Sampel adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam,2003).
Pada penelitian ini menggunakan teknik simple purposive sample (sistem sampel bertujuan) yaitu pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, Suharsimi 1998).

3.4              Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1        Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor BTN Bangkalan.
3.4.2        Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini mulai tanggal 21 Januari 2012.
3.5              Kerangka Operasional Penelitian


Text Box: Sampling :
Sampel bertujuan

Kerangka Operasional adalah pentahapan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal penelitian dilaksanakan (Nursalam,2003).










Text Box: Hasil Penelitian

 


Text Box: Simpulan





Text Box: Pengumpulan Data :
Data dikumpulkan melalui metode wawancara

 



Gambar 3.1 Kerangka Operasional



3.6              Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1        Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmojo,2005). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara.

3.6.2        Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Notoatmodjo,2005). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden.
3.7              Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pemilahan data dengan cara memahami jawaban responden tanpa mengubah inti jawaban. Selanjutnya pertanyaan yang muncul dalam penelitian akan dipadukan dengan referensi yang sesuai dengan jawaban responden yakni dengan mengidentifikasi masalah yang timbul.
















BAB 4
PEMBAHASAN
4.1.  Permasalahan yang dihadapi perbankan
            Struktur instrument keuangan yang sehat ditunjang oleh keuangan yang sehat pula, tentu akan membantu berbagai langkah stabilitas ekonomi mencapai sasarannya. Oleh karena itu, dibutuhkan pelaku pasar keuangan yang mampu menangkap sinyal-sinyal indikatif yang diisyaratkan oleh otoritas perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter terus berupaya dalam meningkatkan profesionalisme pelaku dalam sektor perbankan agar dapat menciptakan bankir yang tangguh dan profesional.
            Terciptanya perbankan yang sehat dan kuat tidaklah cukup untuk menghadapi tantangan yang sangat nyata didepan yakni perwujudan Ekonomi ASEAN 2015. Perbankan yang dapat menjalankan fungsi intermediasi serta terciptanya keterikatan yang erat antara otoritas moneter dan lembaga keuangan secara lebih efektif dan efisien sangat diperlukan.
            Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang dihadapi oleh lembaga keuangan atau bank secara umum adalah pemberian kredit. Yang mana hal ini sangat berhubungan erat dengan Aktiva Produktif. Penilaian aktiva produktif meliputi kualitas kredit dan surat berharga yang dimiliki bank, selanjutnya  atas dasar penilaian aktiva produktif tersebut Bank Indonesia mewajibkan semua bank membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dimiliki guna menutup resiko kemungkinan kerugian atas aktiva produktif tersebut. Secara lebih rinci dalam masalah ini kredit dibagi menjadi dua yakni kredit konsumtif dan kredit produktif.
4.1.1 Kredit Konsumtif
            Kredit konsumtif terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Padahal untuk mencapai sasaran jangka panjang maupun jangka pendek perbankan harus mempertimbangkan faktor-faktor resiko yang dapat membahayakan kondisi usaha bank.
Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen bank harus memperhatikan beberapa hal dalam pengelolaan aktiva dan kewajibannya sebagai berikut:
1.      Mengelola likuiditas.
2.      Memperkecil resiko dengan mengalokasikan dananya pada aset yang berisiko rendah.
3.      Memperoleh dana dengan biaya rendah.
4.      Menentukan jumlah modal yang harus dipertahankan dan meningkatkan modal sesuai kebutuhan.

Tentu hal ini tidak dapat terpenuhi apabila suatu bank mengalami kredit konsumtif. Ini dikarenakan bank tidak mampu memenuhi likuiditas wajib minimumnya sehingga menyebabkan kas suatu bank (-) atau negatif. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah lemahnya manejerial bank yang telah mengakibatkan penurunan kualitas aktiva produktifitasnya dan meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank.
4.1.2        Kredit Produktif
Kredit produktif terjadi apabila nasabah mampu mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Ketepatan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pun sangat berpengaruh terhadap permodalan bank. Penggunaan modal bank yang dimaksud adalah untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasional bank, salah satunya kewajiban penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter pun dapat terpenuhi.
Kredit  produktif memang seharusnya dijalankan oleh lembaga keuangan namun permasalahan yang dihadapi oleh lembaga keuangan yaitu tidak semua nasabah yang meminjam  uang di bank mampu mengembalikan  jumlah pinjaman yang diterima dari bank serta bunganya tepat waktu. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan nasabah dalam mengelola uang yang telah dipinjam.
4.2        Peran Bank Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan
Kaitannya dalam permasalahan yang dihadapi oleh perbankan untuk memungkinkan pelaksanaan kebijakan moneter secara lebih efektif dan efisien, Bank Indonesia harus mampu menjalankan peran kebijakan moneter dalam rangka meningkatkan efisiensi perbankan guna mengoptimalkan kontibusinya dalam perekonomian.
Bank Indonesia dalam strategi operasi kebijakan moneter harus memberikan ruang yang lebih luas bagi pelaku ekonomi khususnya bankir yang masih minim pengalaman. Sehingga, mampu meningkatkan profesionalitas yang akan membuat pelaku ekonomi memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bidangnya. Bankir yang tangguh dan professional diharapakan mampu menangkap sinyal-sinyal indikatif yang diisyaratkan oleh otoritas moneter. Dengan hal ini, operasi moneter yang bertumpu pada instrument-instrumen secara langsung dapat menghidupkan aktivitas guna mendorong pengelolaan likuiditas perbankan secara lebih sehat dan efisien.
Selain hal tersebut, Bank Indonesia perlu mendorong intermediasi perbankan melalui barbagai upaya. Upaya-upaya yang dimaksud adalah perluasan akses informasi perbankan kepada masyarakat khususnya mengenai layanan perbankan yakni melalui pengembangan edukasi keuangan.





BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Menciptakan perbankan yang sehat dan kuat dapat terwujud apabila perbankan dapat menjalankan fungsi intermediasinya serta adanya keterikatan yang erat antara antara otoritas moneter dan lembaga keuangan atau perbankan secara lebih efektif dan efisien. Namun permasalahan yang sering dihadapi oleh lembaga keuangan khusunya perbankan adalah pemberian kredit kepada nasabah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar nasabah tidak mampu mengembalikan dana yang diterima dari bank beserta bunganya dalan jangka waktu yang ditentukan. Hal inilah yang menyebabkan lembaga keungan khususnya perbankan mengalami defisit, padahal bank harus menyediakan cadangan wajib yang ditentukan oleh otoritas moneter. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah ini, Bank Indonesia perlu mendorong intermediasi perbankan melalui berbagai upaya serta menciptakan bankir yang tangguh dan profesional agar mampu menilai dengan lebih jeli pada kesempatan yang menguntungkan.

5.2 Saran
1.      Bank Indonesia harus mampu mengoptimalkan peran kebijakan moneter  dalam
mendorong kapasitas perekonomian
2.      Bank Indonesia dalam strategi operasi kebijakan moneter harus memberikan ruang yang lebih luas bagi pelaku ekonomi khususnya bankir yang masih minim pengalaman seperti mengadakan pelatihan pengembangan skill.
3.      Bank Indonesia harus mempermudah akses informasi bagi masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan layanan perbankan.










DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. Dr. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.
Boediono. 1981. Ekonomi Internasional. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Dahlan, Siamat. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kristiani, Anita. 2010. Pengantar Ekonomi Makro. Bangkalan : Trunojoyo.
Nurdin, Muh. 2007. Kompeten Ekonomi. Makaasar : Mitra Media.
Nursalam dan Pariani, S. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset. Jakarta : CV. Sagung Septo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineta Cipta.
www.bi.go.id


















Lampiran
Lembar Pertanyaan
Tanggal Penelitian       :
No. Responden           :

Pertanyaan      :
  1. Menurut anda, apakah perlu Bank Sentral perlu menerapkan suatu sistematika kerja yang efektif dan efisien? Mengapa?
  2. Apa permasalahan yang sering dialami oleh Bank Tabungan Negara?
  3. Apa pengaruh peran dan fungsi Bank Sentral terhadap Bank Tabungan Negara?
  4. Bagaimana cara Bank Tabungan Negara dalam mengatasi masalah tersebut kaitannya dengan peran Bank Sentral sebagai otoritas moneter?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar