Sabtu, 24 Maret 2012

De Javu (cerpen)

Terdengar suara langkah kaki berlari mendekat ke arahku, aku malas untuk sejenak menoleh ke belakang. Hingga akhirnya, ada sepasang tangan yang menutup pandanganku ke depan dari parfumnya saja aku sudah tahu siapa pelakunya.
                “Radith , lepasin” pintaku sambil meronta. Tapi sayang, cengkraman tangannya begitu kuat membuatku menyerah untuk berusaha melepaskan diri. Selama beberapa menit kami saling berdiam diri sampai akhirnya dia melepaskan tangannya dan membalikkan tubuhku menghadapnya. Dekat sekali !
                “Vic, kok tau sih?” katanya dengan wajah manyun yang lucu, saking lucunya itu aku pun tertawa lepas.
                “Parfummu tuh kaga pernah ganti ! itu mulu bauknya, hidungku kan wes hafal toh dith haha.”
                “Ikh, dasar hidung anjing pelacak!” balasnya dengan wajah gayusnya.
                “Eh kurang ajar!” jawabku tak terima. Dasar seenaknya saja dia ! aku pun berlari mengejarnya yang mulai  menjauh dari tempatku. Jadilah, kita berkejar-kejaran berputar-putar di taman kotaku..
***
Sejak kecil, aku dan Radith memang selalu bersama dan selalu satu sekolah ! Mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sekarang. Orang-orang yang tidak tahu kami, pasti akan menganggap kalau kami itu sepasang kekasih. Dimanapun ada aku pasti ada si tengil Radith begitupun sebaliknya. Dia adalah satu-satunya orang yang paling dekat denganku ! Papa-Mamaku yang sejak aku berumur 2 tahun meninggal dunia karena tabrakan membuatku benar-benar merasa sendiri dan trauma. Aku yang hanya anak tunggal pun setiap hari merasa kesepian hingga suatu hari ketika aku sedang melamun di taman kota dekat rumahku, Radith dengan wajah bingungnya mengagetkanku..
                “Heh kamu kenapa? Mukanya kok jelek gitu, ikh!”
                Aku yang merasa terhina saat itu, membentaknya “Kayak mukamu yang bagus tuh.Masih bagusan pantat ayam tetanggaku!”
                “Nah mending marah daripada murung. Kamu lebih cantik marah ternyata !Oya aku Radith, kamu ?” jelasnya dengan wajah tak berdosa setelah tadi menghinaku dan eh sekarang malah ngajak kenalan.
                “Victa!” jawabku ketus dengan segenap perasaan kesalku yang belum teratasi total.
                Untuk kedua kalinya, dia pun bertanya mengapa lagi padaku karena aku yang masih kecil saat itu dengan blak-blakan aku bercerita padanya semua yang terjadi denganku. Padahal sebelumnya aku saat itu tak pernah seakrab itu dengan siapapun kecuali dengan nenekku yang setia ada di sampingku, tapi itu tak berlaku untuk Radith. Aku lebih bahagia lagi ketika mengetahui ternyata Radith adalah tetangga depan rumah nenekku.
                Alhasil, hari-hariku pun selalu terisi oleh kelakuan Radith yang aneh-aneh. Dia itu paling bisa bikin aku ketawa kalau pas lagi suntuk, lagi patah hati dengan wajah anehnya itu yang setiap waktu bisa berubah berkali-kali haha. Wajahnya itu menarik, matanya sipit,bening dan menenangkan, hidungnya bangir, bibirnya tipis, alisnya tebal pokoknya pasti bikin gadis mana pun jatuh hati padanya. Namun, tak ada satupun gadis yang dipilihnya untuk dijadikan kekasihnya, padahal gadis yang menyukainya bukan gadis sembarangan malah gak tanggung-tanggung cewek terpopuler di sekolah pun menyukainya dan dengan santainya dia menolak ckck, taruh dimana sih otaknya si Radith?
                Ketika ku tanyai kenapa kok gak pacaran aja, jawabannya selalu sama..
                “Mana mungkin aku pacaran. Entar yang jagain kamu siapa Vic ! Soalnya kalo aku punya pacar nantik pasti mereka bakal nyita waktuku untuk bareng kamu. Aku males ah kalo harus kayak gitu, gak penting tauk!”
                Ekspresi wajah yang ku tunjukkan pun selalu sama, terbengong-bengong menatapnya meski sudah sering kali ku dengar apa alasannya tapi tetap saja dia terasa jauuuh lebih serius jika mengutarakan alasannya itu.
***
Sampai suatu saat, dia terpilih menjadi perwakilan siswa berprestasi dari sekolah untuk mengikuti lomba Olimpiade Matematika di Tingkat Nasional. Itu menyebabkan dia harus dikarantina di Surabaya untuk beberapa hari.Aku senang ! impiannya untuk menunjukkan bakatnya di Tingkat Nasional terwujud tapi aku juga sedih harus merelakan waktu yang dimana aku biasa bersama-sama dengannya hilang begitu saja.
                Apalagi, setelah dia terpilih menjadi salah satu siswa yang berhak pergi ke Singapura untuk menikmati paket liburan. Aku merindukannya ! Aku ingin menatap wajahnya lagi ! Bercanda bersama.. Sudah berbulan-bulan dia meninggalkanku seorang diri.Kemana-mana aku sendiri tanpa ada Radith di sebelahku, tak jarang teman-temanku menggodaku ketika aku berjalan sendiri tanpa Radith. Fiuhh ! Radith cepetan pulang....
***
Hari terus berjalan, roda waktu tak pernah berhenti berputar yang mengantarkanku juga Radith semakin mendekati Ujian Nasional ! Ya, kami kini sedang gencar-gencarnya memutar otak untuk terus menjejeli otak kami dengan segala materi pelajaran.
Hingga pada suatu ketika setelah belajar bersama, Radith mengajakku pergi dengan motor balap kesayangannya. Aku pun menuruti permintaannya itu meski aku sedikit trauma karena masa kecilku tapi demi dia aku sanggup dan merasa aman, dia mengarahkan motornya ke suatu tempat yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Tempat yang memiliki pemandangan indah, indah sekali membuatku tercengang!
“Vic, ayok ah!” katanya sambil mengibaskan tangannya di depan mataku.
“He’eh Dith. Bagus banget!”
Radith tak menghiraukan kata-kataku. SIALAN ! bentakku dalam hati. Dia malah menarik tanganku memaksaku mengikuti langkahnya entah kemana.Aku yang masih tidak percaya ada tempat sebagus ini, tak memperhatikan akan dibawa kemana aku oleh Radith.Ketika Radith mulai melepaskan genggaman tangannya, aku lebih dibuat kagum lagi oleh tempat ini! Di depanku terdapat sebuah sungai yang sangat jernih sekali airnya, dikelilingi oleh ilalang yang semakin membuat tempat ini terlihat eksotis.
“Keren kan tempatnya Vic? Aku sering kesini kalo suntuk !” katanya membuka pembicaraan.
“Banget Dith. Curang ! kamu gak pernah ngajak aku ah.”
“Hehe, ini kan tempat privasiku. Gak boleh ada yang tau dongg..”
“Ih ! sombong banget kamu. Kamu anggep aku apa selama ini heh ? ada tempat sebagus ini gak ngomong.” Balasku mulai manyun.
“Iya iya. Jelek kamu ah kalo manyun! Kalo aku gak sayang kamu, aku gak bakal ngajak kamu kesini tauk.”
Aku pun cuma nyengir membalas kata-katanya. Sayang katanya ? haha rasanya lucu dia ngomong sayang ke aku!
Tiba-tiba Radith menyentuh jariku lalu menggenggam tanganku,membuatku tersentak dan refleks menatapnya. Ganteng juga ternyata si Radith! Bisikku dalam hati ketika ku tatap wajahnya.Kulihat wajahnya bingung dan seketika berubah jadi sedih.Saat ingin ku tanyakan mengapa, dia malah memelukku! Aku makin kelabakan dibuatnya, KENAPA SIH RADITH?
“Dith, kok tumben kenapa ?” tanyaku heran.
Radith melepaskan pelukannya dan balik kini menatapku. “Inget dulu aku pernah ikut lomba Olimpiade Vic? Alhamdulillah aku bisa masuk 30 besar tapi pas kuliah nanti aku gak bakal disini lagi. Aku kuliah bakal lanjut ke luar negri Victa!”
Aku mundur, menjauhkan posisiku yang semula dekat dengan Radith. Aku tak bereaksi saking shocknya! Aku diam menatap wajah tampannya. Makin sedih mengingat  wajah itu ,wajah di depanku kini ,takkan bisa kulihat lagi..
Aku menangis berlari meninggalkan Radith! Berlari dari tempat indah ini. Berlari dari tempat dimana aku dengar kabar yang ku takutkan. Tak bisa melihat wajah Radith lagi..
***
“Vic..! Bangun nak, sudah pagi.Gadis remaja bangunne siang? Ndak baik .Katanya juga ada acara toh!” Ucapan Nenek membangunkanku dari mimpi.
“Iya Nek, nih sudah bangun.” Jawabku asal. Nenek pergi meninggalkanku ..
‘Ya Tuhan ! mimpi itu lagi..
Radith, aku kangen tauk. Fiuh L’
Mimpi yang membuat otakku memutar memoriku ke beberapa tahun lalu sebelum Radith pergi, benar-benar pergi untuk selamanya. Tabrakan maut itu mengakibatkan dirinya tak tertolong, wajahnya tak bisa dikenali lagi. Benar-benar hancur!!!!
 Tuhan ! Andai Kau beri aku kesempatan mengulang semuanya.Aku pasti tidak akan naik taksi, takkan kubiarkan Radith mengejarku dengan kecepatan diluar batas mengendarai motornya saat itu.
“Akh semua sudah berlalu.Mungkin begini takdirnya yah Dith? Yang bahagia yah disana. I miss you and i wanna to see your  face again!” ucapku pelan sembari meletakkan karangan bunga diatas makam Radith, airmataku menetes. Entah sudah berapa banyak aku menangis karena merindukannya berada disampingku.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar